Yehezkiel 28:11-19 dan Yesaya 14:12-14 mencatat tentang keadaan mula-mula dan kejatuhan Lusifer yang kemudian menjadi iblis. Kata “Lusifer” memang tidak terdapat dalam Alkitab terjemahan LAI. Hanya ditemukan dalam terjemahan bahasa Inggris versi King James (KJV) : “How art thou fallen from Heaven, O Lucifer, son of the morning! How art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations!” (Yesaya 14:12). Sebutan ini berasal dari bahasa latin yang digunakan oleh Jerome, ketika menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa latin yang disebut Vulgata pada abad ke-4. Dalam bahasa Ibrani diterjemahkan “Helel”, yang artinya sama dengan Lusifer (dari “Luci” dan “foros”) yaitu “Pembawa Cahaya”. LAI menterjemahkan sebagai “Bintang Timur” (yang kemudian menjadi rancu dengan istilah untuk Yesus sebagai “Bintang Timur” (Wahyu 22:16 bnd Mat2:9)). Lusifer diciptakan Allah bersama-sama dengan para malaikat yang lainnya sebelum dunia dijadikan (Ayub 38:6-7 bnd Yeh 28:13,15). Dia tergolongan malaikat yang disebut kerubim (Yeh 28:14) yang terindah. Nabi Yehezkiel menyebutnya sebagai makhluk yang “maha indah”, suatu gambaran tentang keindahan yang sempurna. Hikmat dan pengetahuannya sangat tinggi (Yeh 28:12 menulis “penuh hikmat”). Selain itu, kemanapun dia jalan, selalu diiringi dengan alat musik seperti rebana (alat musik pukul) dan bangsi (alat musik tiup sejenis recorder atau suling).
Rupanya Lusifer didisain Tuhan sebagai malaikat yang pandai bernyanyi dan bermusik. Maka tidak heran, Allah mempercayakannya menjadi pemimpin pujian dan penyembahan di Surga. Dalam prakteknya, Lusifer tidak perlu berteriak-teriak memanggil penghuni Surga lain untuk berkumpul dan menyembah Tuhan, tapi dengan kepakkan sayapnya, maka terdengarlah puji-pujian yang indah di Surga dan seisi Surga sujud menyembah Tuhan. Dia malaikat yang sempurna dan kharismanya luar biasa. Ia juga memiliki kekaguman penghuni Surga. Allahpun memberi dia kedudukan yang dekat dengan takhtaNya yang penuh dengan bebatuan yang indah. (Yeh 28:13-14).
Dari tulisan ini, penulis bukan mau mengagungkan Lusifer, tetapi ingin sekedar menggambarkan bahwa ciptaan Allah ini sungguh perfect. Sehingga tak berkelebihan kalau Lusifer dianggap sebagai musisi ternama di Surga pada waktu itu.
KEJATUHAN MUSISI TERNAMA
Semula, kelakuan dan sikap hati Lusifer suci dan sama sekali “tidak
bercela” (Yeh 28:15). Dan sebagai bagian dari golongan malaikat yang
dinamakan Kerub ini, tentu mula pertama Lusiferlah yang dipercaya
menjaga kekudusan Tuhan (Kej 3:22-24; Yeh 10:1-10; Kel 25:18). Ada
penafsir yang mengatakan dari beberapa malaikat penghulu (pemimpin) di
Surga, seperti Michael, Gabriel, mungkin juga Rafael (dalam kitab Tobit)
dan Lusifer, maka Lusiferlah yang paling disayang Tuhan. Hal ini
mungkin dapat didebat, tapi yang pasti Allah sudah memberikan Lusifer
segala sesuatu kecuali takhtaNya. Namun demikian Lusifer tidak puas
dengan kedudukannya yang ada. Dia tergoda dalam hatinya ingin menyamai
Allah, mau disembah dan dilayani. Hal ini ditulis dalam Yesaya 14:12-14
ada lima kali kata aku hendak. “Engkau yang tadinya berkata dalam
hatiMu: Aku hendak naik ke langit (mau merebut Surga), aku hendak
mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah (bintang Allah
adalah malaikat-malaikat Allah), dan hendak duduk di atas bukit
pertemuan, jauh di sebelah utara (mau memerintah). Aku hendak naik
mengatasi ketinggian awan-awan (awan-awan merupakan gambaran kemuliaan
Tuhan), hendak menyamakan yang Mahatinggi!” Ayat ini menunjukkan ambisi
Lusifer yang berujung pada pemberontakkan dan kejatuhannya. Bisa
dinamakan ini merupakan rencana kudetanya Lusifer dalam rangka melengser
Allah dari singgasanaNya. Dia memang malaikat yang berkharisma dan
punya pengaruh besar di Surga. Lama kelamaan dia merasa karena dirinyalah seisi Surga sujud menyembah Tuhan, dia berubah menjadi sombong dan serakah.
Setidaknya untuk menggolkan rencananya tersebut ada sepertiga malaikat
yang terhasut untuk melawan Allah juga untuk kepentingan pribadinya
(Wahyu 12:4; 7-9). Banyak versi mengenai kapan persitiwa pemberontakan
tersebut. Yang terpenting di dalam persoalan ini ialah Allah murka
kemudian melemparkan Lusifer dan pengikut-pengikutnya ke bumi. Yesaya
mencatat kejatuhan Lusifer :”Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai
Bintang Timur (terjemahan KJV “Lucifer”), putera fajar, engkau sudah
dipecahkan dan jatuh ke bumi…” (Yes 14:12). Dalam Yehezkiel 28:15-17
dipaparkan pengusiran tersebut :”Engkau tak bercela di dalam tingkah
lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. Dengan
dagangmu yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat
dosa. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga
membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. Engkau sombong
karena kecantikanmu, hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau
kulempar…” Ini ganjaran dari makhluk yang berkharisma tetapi tidak
berkarakter Illahi. Dibuang dari hadapan Allah. Lusifer tidak berhasil
untuk menggulingkan Allah dan selamanya tidak akan pernah berhasil.
Karena hal itu merupakan ambisi yang musthail. Tapi dia berhasil menjadi
jahat dan menjadi pemimpin setan dan roh-rph jahat yang dijuluki
‘iblis’ (bhs Yunani “Diabolos” artinya pendakwa, pemfitnah, penuduh).
Lusifer tetap dengan pesonanya, begitupun malaikat-malaikat yang jatuh
itu dengan keistimewaanya masing-masing (Yudas 6; Mat 5:41).
DOSA KESOMBONGANSampai detik ini, tujuan iblis tak berubah dia ingin disembah (diidolakan) seperti Allah dan juga ingin membuat anak-anak Tuhan dan para hamba Tuhan jatuh. Salah satu cara efektif untuk menjatuhkan adalah melalui musik. Panggung musik, termasuk mimbar di gereja sangat sepat menjadikan seseorang terkenal, karena lahan tersebut sarat dengan entertainment untuk mempertontonkan kebolehan yang dimiliki kepada banyak orang. Bahkan tidak sedikit penyanyi atau pemusik yang menjadi idola publik. Itulah sebabnya kita harus tahu bahwa walaupun dewasa ini liturgi gereja didominasi oleh musik, namum pujian dan penyembahan dalam ibadah sama sekali bukan untuk entertainment atau show. Juga bukan untuk menyenangkan gembala sidang atau pemimpin pelayanan lainnya. Tujuan utamanya adalah menyenangkan Bapa di Surga. Di sinilah terlihat perbedaan antara pelayan musik gereja dengan pemain musik sekuler. Karena selain perlu keahlian bernyanyi dan penguasaan alat musik, karakter setiap pelayan menjadi perhatian serius. Sikap hati pelayan itu harus benar dan menjaga kekudusan hati serta kehidupan yang berkenan. Kalau tidak, seorang musisi Kristen mungkin menjadi musisi terkenal dan ternama tetapi tidak dapat menjadi berkat maksimal dalam pelayannnya.Orang sejenis ini dikategorikan sebagai orang berkharisma tapi tak berkarakterkan Kristus.
Godaan kesombongan juga menjadi faktor penting yang dapat menjatuhkan seorang pelayan Tuhan di bidang pujian dan penyembahan. Kesombongan seringkali timbul karena iblis tahu di mana letak kelemahan kita. Banyak grup band dan penyanyi solo ketika memulai kariernya dengan motivasi yang murni. Namun seiring waktu ketika Tuhan sudah “mempermuliakan”nya sebagai seorang “artis” (saya sebenarnya kurang suka akan istilah ini), maka banyak yang takabur. Kemudian tanpa disadari, perkerjaan yang sedang dijalankannya bukan pelayanan lagi tetapi komersil. Benarlah kata Amsal : “Kecongkakkan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Amsal 16:18). Banyak berita kejatuhan para musisi ternama Kristen karena hal ini (baca 1 Timotius 3:6). Kasus Lusifer di atas kiranya dapat menjadi pelajaran berharga supaya tidak mengulangi sejarah buruk dalam blantika musik (PRAISE #7). Sumber : www.majalahpraise.com