Labels

Saturday, May 5, 2012

Gaji Tinggi tapi ko keluar..???


Mengapa perputaran karyawan tinggi walaupun remunerasinya di atas rata-rata?
Uangkah pemicunya? Atau ada faktor lain yang menentukan kesetiaan mereka?
 
 Akhir tahun lalu, Lesmana, seorang teman lama yang ahli dalam pengembangan
bisnis telekomunikasi mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan multinasional
untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia . Dia tertarik dan memutuskan untuk
 bergabung. Dia telah banyak mendengar tentang pimpinan perusahaan ini, yang
sering diberitakan sebagai pemimpin visionaris dan legendaris.
 
Gaji Lesmana besar, perlengkapan kantornya mutakhir, teknologinya canggih,
kebijakan SDM-nya pro-karyawan, kantornya megah di daerah segitiga emas,
bahkan kantinnya menyajikan makanan yang lezat dan murah. Dua kali dia dikirim
keluar negeri untuk pelatihan. "Proses pembelajaran saya adalah yang tercepat di
sini,"kata Lesmana. "Sungguh menakjubkan bekerja dengan dukungan teknologi
mutakhir seperti di perusahaan ini".
 

Siapa nyana dua minggu lalu, belum genap tujuh bulan bekerja di perusahaan itu,
 dia mengundurkan diri. Lesmana belum mendapatkan tawaran pekerjaan lain,
 tapi dia tidak sanggup lagi bertahan di sana. Belakangan, sejumlah karyawan di
divisi yang sama dengannya ikut resigned. Direktur utama perusahaan itu pun
merasa tertekan karena perputaran (turnover) karyawan sangat tinggi. Cemas
memikirkan biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk alokasi dana
pelatihan karyawan. Ia juga bingung lantaran tidak tahu apa gerangan yang
terjadi. Mengapa karyawan yang bertalenta bagus ini mengundurkan diri,
padahal gajinya sudah cukup tinggi?
 
Lesmana resigned karena beberapa alasan. Alasan ini juga yang menyebabkan
 sebagian besar karyawan lain yang bertalenta tinggi akhirnya mengundurkan diri.
 
Beberapa survey membuktikan bahwa jika anda kehilangan karyawan berbakat,
 periksalah atasan langsung mereka. Si atasan adalah alasan utama karyawan
tetap bekerja dan berkembang dalam suatu perusahaan. Namun dia jugalah
yang menjadi alasan utama mengapa para karyawan berhenti dari pekerjaannya,
 membawa pergi pengetahuan, pengalaman dan klien mereka. Bahkan tidak
jarang selanjutnya secara terang-terangan berkompetisi dengan perusahaan 
 bekas tempatnya bekerja.
 
"Karyawan meninggalkan manajernya bukan perusahaannya, "kata para ahli SDM.
 Begitu banyak  uang yang telah dikeluarkan untuk tetap mempertahankan karyawan
 berbakat, baik dengan memberikan gaji lebih tinggi, bonus ekstra maupun pelatihan
mahal. Namun pada akhirnya, perputaran karyawan kebanyakan disebabkan oleh
 manajer/pimpinannya , bukan oleh hal lain.
 
Jika anda mengalami masalah turnover , maka pertama-tama periksalah kembali
para manajer anda. Apakah mereka biang keladi yang membuat para karyawan
tidak betah?.
Pada tahap tertentu, karyawan tidak lagi melihat jumlah uang yang ia dapatkan,
 tapi lebih kepada bagaimana mereka diperlakukan dan seberapa besar perusahaan
menghargai mereka.. Kedua hal ini umumnya tergantung dari sikap para pimpinan
terhadap mereka. Dan sejauh ini, bekerja dengan atasan yang buruk sering dialami
oleh para karyawan yang bekerja dengan baik. Survey majalah Fortune beberapa
tahun lalu mengungkapkan bahwa 75% karyawan menderita karena berada di
bawah atasan yang menyebalkan.
 
Dari seluruh penyebab stress ditempat kerja, seorang atasan yang jahat mungkin
adalah hal yang terburuk,yang secara langsung akan mempengaruhi kinerja dan
mental para  karyawan.
 
Simak saja kisah yang dikutip langsung dari"medan perang" ini. Mulya seorang
 insinyur, masih bergidik saat membayangkan hari-hari dimana ia dimaki-maki bos
 di depan staf lainnya. Atasannya itu sering menghina dengan kata-kata yang kasar.
Waktu menghadapi hal menakutkan itu, Mulya praktis tak punya nyali untuk
menjawab. Ia kembali ke rumah dengan perasaan tidak keruan dan mulai menjadi
 kasar seperti sang atasan. Bedanya kekesalan ini dilampiaskan ke istri dan anak-
anaknya, kadang juga ke anjing peliharaannya. Lambat laun, bukan pekerjaan
Mulya saja yang kacau balau, pernikahan dan keluarganya pun hancur berantakan.
  asib Agus juga setali tiga uang. Menceritakan "penyiksaan" yang dilakukan oleh
bosnya gara-gara ada perbedaan pendapat yang tidak terlalu penting antara keduanya.
Atasan Agus benar-benar menunjukkan rasa tidak suka terhadapnya. Ia tidak lagi
diikut-sertakan dalam pengambilan keputusan. "Bahkan dia tidak lagi memberikan
saya dokumen maupun pekerjaan baru," keluh Agus. "Sangat memalukan duduk di
 depan meja kosong tanpa tahu apapun dan tidak seorangpun yang membantu saya".
 Lantaran tidak tahan lagi, lalu Agus mengundurkan diri.
 
Para ahli SDM mengatakan, dari segala bentuk kekerasan, tindakan memperlakukan
 karyawan ditempat umum adalah yang terburuk. Pada awalnya, si karyawan
mungkin tidak langsung mengundurkan diri, akan tetapi pikiran itu sudah tertanam.
Jika kejadian terulang lagi, pikiran tersebut akan semakin kuat. Dan akhirnya, pada
kejadian yang ketiga, karyawan itu akan mulai mencari pekerjaan lain. Ketika
seseorang tidak bisa membalas kemarahannya, ia akan melakukan pembalasan "pasif".
 Biasanya dengan cara memperlambat pekerjaan, berleha-leha, hanya melakukan
pekerjaan yang disuruh atau menyembunyikan informasi penting.
"Jika anda bekerja untuk orang yang menyebalkan, pada dasarnya anda ingin orang itu
 mendapat kesulitan. Jiwa dan pikiran kita tidak menyatu lagi dengan pekerjaan kita,"
 papar Agus.
 
Para manajer bisa menekan bawahan melalui beragam cara. Misalnya dengan
mengontrol bawahan secara berlebihan, curiga, menekan, terlalu kritis, bawel dan
sebagainya. Namun para atasan tersebut tidak sadar bahwa karyawan bukan
merupakan aset tetap, mereka adalah manusia bebas. Jika ini terus berlanjut,
 maka seorang karyawan akan mengundurkan diri, walau tampaknya cuma karena
masalah sepele saja.
 
Bukan pukulan ke-100 yang menjatuhkan seseorang, tapi 99 pukulan yang diterima
 sebelumnya. Memang benar, karyawan meninggalkan pekerjaannya karena
bermacam alasan untuk kesempatan yang lebih baik atau kondisi yang tidak
memungkinkan lagi. Namun banyak yang semestinya tetap tinggal jika tidak ada
satu orang (seperti atasan Lesmana) yang terus-menerus mengatakan," Kamu tidak
penting, saya bisa dapat lusinan orang yang lebih baik dari kamu!".
 
Kendati tersedia segudang pekerjaan lain (terlebih dalam keadaan pengangguran
tinggi sekarang ini), bayangkanlah sesaat, berapa biaya atas hilangnya seorang
 karyawan yang bertalenta tinggi.. Ada biaya yang harus dibayar untuk mencari
 pengganti, ada biaya pelatihan bagi pengganti karyawan tersebut. Belum lagi akibat
yang ditimbulkan karena tidak ada orang yang mampu melakukan pekerjaan itu saat
 calon pengganti sedang dicari, kehilangan klien dan kontak yang dibawa pergi
karyawan yang hengkang, penurunan moral karyawan lainnya, hilangnya rahasia
penjualan dari karyawan tersebut yang seharusnya diinformasikan ke karyawan
lainnya, dan yang terutama turunnya reputasi perusahaan.
Lagi pula, setiap karyawan yang pergi, bagaimanapun juga akan menjadi"duta"
untuk mewartakan hal yang baik maupun yang buruk dari perusahaan itu.
 
Kita semua tahu suatu perusahaan telekomunikasi besar yang orang-orang ingin
sekali bergabung, atau suatu bank yang hanya sedikit orang ingin menjadi bagiannya.
 Mantan karyawan kedua perusahaan ini telah keluar untuk menceritakan kisah
pekerjaannya.
"Setiap perusahaan yang berusaha memenangkan persaingan harus memikirkan
cara untuk mengikat jiwa setiap karyawannya, " kata Jack Welch mantan orang
nomor satu di General Electric. Umumnya nilai suatu perusahaan terletak "diantara
 telinga" para karyawannya.   Karyawan juga manusia, punya mata, punya hati...
Comment:
Barangkali, ketrampilan dan kecakapan tehnislah yang membawa anda ke puncak
kedudukan. Tak heran, karena pencapaian tujuan menuntut kemampuan tinggi.
Namun, kepemimpinan bukan hanya soal kecakapan tehnis. Kepemimpinan juga
adalah bagaimana anda memperlakukan orang-orang yang anda pimpin. Perlakuan
adalah perhatian. Sedangkan memperhatikan tidak sekedar menawarkan
angan-angan. Orang akan merasa sungguh-sungguh diperhatikan bila anda
melakukan sesuatu yang nyata demi kesejahteraan mereka.
Seorang jendral sejati akan menyelesaikan kebutuhan ransum, tempat berteduh
dan kesehatan bagi pasukannya, sebelum ia memikirkan kebutuhan dirinya
sendiri. Bila tiada lagi makanan yang tersisa, cukuplah baginya akar
umbi-umbian. Bila tiada lagi tempat bernaung yang tersisa, tugasnyalah
berteduh di ranting-ranting pepohonan. Seorang pemimpin sejati memperhatikan
kesejahteraan pasukannya terlebih dahulu. Ini berarti menempatkan dirinya
sebagai orang terakhir yang memperhatikan dirinya sendiri. Karena itulah
seorang pemimpin disebut sebagai pemimpin; bukan pengikut. 

120 Juta Tahun Lalu, Burung Punya Dua Ekor

Tim paleontologi dari Chinese Academy of Sciences, di Beijing, China, mengungkapkan bahwa 120 juta tahun lalu burung memiliki dua ekor. Te...