Allah Menginginkan dan Mendorong Doa Syafaat Bagi Pelaksanaan Maksud Penyelamatan-Nya untuk Manusia di Bumi
Yesus mengajarkan kita berdoa, "Jadilah kehendak-Mu
di bumi seperti di sorga." Abraham bersyafaat bagi Lot di Sodom, Musa
berdoa agar Allah mengalihkan murka-Nya terhadap Israel, Daniel berdoa
bagi pengembalian bangsa Israel dari Babel. Mengapa Allah menginginkan
dan memerlukan doa syafaat umat-Nya? Pada mulanya Allah memberi manusia
wewenang untuk memerintah bumi, sedangkan wewenang untuk memerintah yang
dimiliki Setan, dicapai melalui pemberontakan melawan Sang Pencipta,
merupakan wewenang untuk memerintah yang palsu, yang tidak sah, dan yang
direbut. Melalui kebangkitan-Nya, kita dapat mendayagunakan hak yang
diberikan Allah kepada kita -- doa syafaat, agar kehendak-Nya terlaksana
dan kerajaan-Nya datang di bumi. Berdoa dalam kuasa Roh Kudus menerobos
wewenang musuh, meratakan jalan bagi Dia untuk menyelamatkan semua
orang, dan ikut ambil bagian dalam pelaksanaan maksud penebusan-Nya.
Awal tahun 1998, Allah menuntun Dick Eastman
membentuk satu tim doa syafaat di setiap
bagian Eropa Timur. Tugas mereka ialah "menghadapi benteng-benteng Komunisme". Mereka "berjalan sambil berdoa" di seputar bangunan Politbiro di Bukarest. Dua tahun kemudian, Ceaucescu, yang sebelumnya dengan bangga mengatakan rezimnya akan bertahan seribu tahun lagi, akhirnya runtuh. Di Berlin, pada tengah malam, Allah menuntun Dick dan seorang teman Jermannya berdoa untuk tembok Berlin. Mereka berdua meletakkan tangan di tembok lalu berdoa, "Dalam nama Yesus, runtuhlah!" Dalam peristiwa-peristiwa dramatis tahun lalu di Eropa Timur, Allah telah menggunakan doa umat-Nya untuk menggoncangkan bangsa-bangsa. Dia juga dapat berbuat hal yang sama untuk dunia yang belum terjangkau. Ia sedang mencari mereka yang akan berdiri di hadapan-Nya untuk 2000 kelompok suku-suku yang belum terjangkau, 1000 kota, dan 30 negara yang belum terinjili (Yehezkiel 22:30).
bagian Eropa Timur. Tugas mereka ialah "menghadapi benteng-benteng Komunisme". Mereka "berjalan sambil berdoa" di seputar bangunan Politbiro di Bukarest. Dua tahun kemudian, Ceaucescu, yang sebelumnya dengan bangga mengatakan rezimnya akan bertahan seribu tahun lagi, akhirnya runtuh. Di Berlin, pada tengah malam, Allah menuntun Dick dan seorang teman Jermannya berdoa untuk tembok Berlin. Mereka berdua meletakkan tangan di tembok lalu berdoa, "Dalam nama Yesus, runtuhlah!" Dalam peristiwa-peristiwa dramatis tahun lalu di Eropa Timur, Allah telah menggunakan doa umat-Nya untuk menggoncangkan bangsa-bangsa. Dia juga dapat berbuat hal yang sama untuk dunia yang belum terjangkau. Ia sedang mencari mereka yang akan berdiri di hadapan-Nya untuk 2000 kelompok suku-suku yang belum terjangkau, 1000 kota, dan 30 negara yang belum terinjili (Yehezkiel 22:30).
Kewenangan dalam Alam Rohani Diraih Melalui Doa
Ingatlah doa syafaat yang disampaikan Musa ketika ia
mengangkat tangannya di hadapan Allah, sementara Yosua dan tentara
Israel berperang melawan orang Amalek. Setiap kali tangan Musa menjadi
lelah dan tertatih-tatih, tentara Israel dipukul mundur. Tetapi, sewaktu
ia menopang pendiriannya dalam doa dan dengan tangan yang terangkat,
orang-orang Israel mengalami kemenangan. Dalam sejarah Israel, Raja
Yosafat mengandalkan doa, puasa, pujian, dan penyembahan -- sebagai
senjata untuk melawan musuh-musuh yang menyerang Israel. Kemenangan
dalam alam rohani merupakan hal yang penting sekali. Kemenangan tersebut
harus diperoleh dengan menggunakan senjata-senjata rohani. Dua babak
dalam sejarah Alkitab ini secara gamblang menggambarkan doa syafaat
sebagai faktor pembawa kemenangan.
Doa Menopang dan Memperluas Jangkauan Pengutusan
Doa dicatat lebih dari 30 kali dalam kitab Kisah Para
Rasul. Bagi para rasul, waktu yang diperpanjang dalam doa dan
menanti-nantikan Tuhan bersama-sama, sangatlah penting dalam pelayanan
mereka kepada orang-orang yang belum terjangkau. Sebelum pencurahan Roh
Kudus pada waktu Pentakosta dan khotbah Petrus yang membawa 3000 orang
bertobat, Alkitab mencatat, "semua bertekun dengan sehati dalam doa
bersama-sama" (Kisah Para Rasul 1:14). Ketika para rasul dan para
petobat baru berkumpul untuk berdoa, terjadilah mukjizat dan
tanda-tanda; kota itu dipenuhi dengan ketakjuban, serta Tuhan
menambahkan jumlah orang yang diselamatkan ke dalam jemaat setiap hari
(Kisah Para Rasul 2:42-44). Sesudah mereka berdoa, tempat pertemuan
mereka digoncangkan dan semua orang dipenuhi Roh Kudus, lalu
membicarakan firman Allah dengan berani (Kisah Para Rasul 4:31).
Para rasul menetapkan prioritas mereka dalam
pelayanan misi dengan doa dan pelayanan Firman (Kisah Para Rasul 6:4).
Hasilnya, "Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem
makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan
percaya." (Kisah Para Rasul 6:7) Doa Petrus menghasilkan mukjizat dan
tanda-tanda seperti kebangkitan Tabita (Kisah Para Rasul 9:40). Doa juga
membuka mata Petrus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang bukan
Yahudi, yang membuatnya rela pergi memberitakan Injil pada Kornelius
(Kisah Para Rasul 10). Doa dan puasa yang dilakukan oleh lima pemimpin
jemaat Antiokia, telah menuntun pada pemilihan Paulus dan Barnabas untuk
menjangkau orang-orang bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 13:1-3). Melalui
doalah Paulus tidak diizinkan oleh Roh Yesus untuk memasuki Bitinia,
tapi diarahkan ke Makedonia (Kisah Para Rasul 16:7-10). Melalui doa dan
pujian pada Allah yang dilakukan oleh Paulus dan Silas yang terpenjara,
berdirilah jemaat di Filipi (Kisah Para Rasul 16:25-26).
Kebangunan rohani yang terjadi di benua Eropa bermula
dari Pietisme -- suatu gerakan doa yang sungguh-sungguh. Dari
pengaruhnya timbullah Danish Halle Mission yang melayani di India dan
gerakan orang-orang Moravia di bawah Count Zinzendorf. Salah seorang
yang menulis tentang orang-orang Moravia mengatakan, "gerakan doa
syafaat dari orang-orang Moravia di Herrnhut pada tahun 1727,
menghasilkan penginjil-penginjil hebat selama dua abad terakhir."
Pertemuan doa yang dimulai orang-orang Moravia pada tahun 1727 berjalan
terus selama 100 tahun! Secara berantai, mereka menyampaikan doa yang
tak putus-putusnya bagi jemaat dan kebutuhan semua jemaat di dunia.
Upaya doa ini mengobarkan hasrat mereka untuk memberitakan Kristus
kepada orang-orang yang belum terjangkau. Dari desa kecil inilah, lebih
dari 100 utusan Injil telah diutus dalam 25 tahun.
Beberapa dasawarsa kemudian, William Carey -- tukang
sepatu yang rendah hati, menyokong pemberitaan Injil yang dilakukannya
secara paruh waktu, dengan menggambar sebuah peta dunia, lalu memasukkan
semua informasi yang didapatkannya tentang wilayah-wilayah dan
negara-negara ke dalam peta tersebut. Sewaktu ia merenungkan
masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang menggemparkan dunia, ia
mengalihkan informasi yang diperoleh menjadi doa syafaat yang
disampaikan dengan sepenuh hati. Penulis riwayat hidupnya menyatakan,
"Sering dalam keheningan malam -- lewat cahaya lampu yang tidak terang,
ia akan meneliti peta tersebut, lalu berlutut di hadapan-Nya dan berdoa
sambil mencurahkan jiwanya pada Allah". Pada tahun 1806, beberapa
mahasiswa dari William's College meluangkan waktu mereka untuk berdoa
bagi dunia. Dari doa merekalah gerakan misi bangsa Amerika lahir.
Robert Glover merangkum peranan doa dalam sejarah
misi sebagai berikut, "Dari Pentakosta dan Rasul Paulus hingga masa
kini, setiap terobosan baru dalam dunia misi merupakan hasil dari doa
dan iman. Setiap upaya penginjilan yang dilakukan oleh anak-anak-Nya
merupakan benih yang ditanamkan roh ilahi".
Kebangunan Rohani yang Dimulai Melalui Doa, Memberi Dampak Besar Bagi Pencapaian Suku-Suku yang Belum Terjangkau
Semua kebangunan rohani berakar dalam doa. Jonathan
Goforth, utusan Injil yang mengadakan kebangunan rohani di Timur Jauh
pada permulaan abad ini, memaparkan kebangunan-kebangunan rohani yang
berlangsung di Korea dan Tiongkok tidak hanya menyegarkan jemaat, tapi
membawa puluhan ribu orang dari suku-suku yang belum terjangkau kepada
Kristus. Semua itu bermula dengan kelompok kecil orang-orang percaya,
yang memutuskan untuk berdoa bersama-sama secara teratur bagi pencurahan
Roh pada mereka, dan pada orang-orang yang belum bertobat.
"Sewaktu berkunjung ke Inggris, saya menemui seorang
yang saleh. Kami berbicara tentang kebangunan rohani di Tiongkok, dan ia
memberi saya tanggal-tanggal tertentu ketika Allah secara khusus
mendorongnya untuk berdoa. Saya sangat terkejut, karena pada
tanggal-tanggal inilah Allah sedang mengerjakan karya yang luar biasa di
Mancuria dan Tiongkok. Saya percaya, harinya akan tiba di mana seluruh
sejarah tentang kebangunan rohani akan disingkapkan, dan mereka yang
mengkhususkan diri dalam doa adalah orang yang berperan utama dalam
mewujudkan kebangunan rohani tersebut.
Di Hawai, kebangunan rohani yang dikenal sebagai
"Kebangunan Agung" (1837-1843), bermula dalam hati para utusan Injil
yang digerakkan untuk berdoa. Pada pertemuan tahunan mereka di tahun
1835 dan tahun 1836, mereka digerakkan untuk berdoa dan dikesankan
begitu dalam dengan kebutuhan akan pencurahan Roh Kudus, sehingga mereka
memohon kepada jemaat-jemaat yang mengutus mereka untuk bersatu dengan
mereka di dalam doa. Pada tahun 1837 terjadi kebangunan rohani di Hawai,
sehingga para utusan Injil harus bekerja siang dan malam untuk
menampung banyak orang yang gelisah mencari jaminan keselamatan. Dalam
sehari, lebih dari 1700 petobat dibaptis dan dalam enam tahun 27.000
orang ditambahkan ke dalam jemaat.
J. Edwin Orr -- sejarawan kebangunan rohani,
menyimpulkan bahwa kebangunan rohani terjadi karena adanya peningkatan
pertemuan-pertemuan doa yang tersebar di seluruh dunia. Ia mengamati
bahwa kebangunan-kebangunan rohani pada abad ke-19, menyadarkan semua
lembaga misi yang ada, memampukan mereka untuk memasuki ladang-ladang
yang lain, serta membawa orang-orang yang belum percaya kepada Kristus.
Mengenai kebangunan rohani yang terjadi pada abad ke-19, ia menulis,
"Pada peralihan abad, kebangunan-kebangunan rohani mengirimkan
utusan-utusan Injil perintis ke Laut Selatan, Amerika Latin, Afrika
Hitam, India, dan Tiongkok. Di sana bermunculanlah lembaga-lembaga misi
denominasi seperti Baptist Missionary Society, American Board, dan
lembaga-lembaga misi lainnya di Eropa. Gelombang kedua dari kebangunan
rohani menggerakkan lembaga-lembaga misi dan para utusan Injil yang
berasal dari luar negeri, seperti William Carey untuk menginjili India.
Kemudian Robert Morrison membuka jalan bagi para utusan Injil untuk
bermukim di perkampungan sekitar pelabuhan-pelabuhan di Tiongkok. Para
utusan Injil mendesak ke utara dari Tanjung Pengharapan sewaktu David
Livingstone menyelidiki daerah pedalaman Afrika".
David Bryant setuju dengan pengkajian yang dilakukan
Orr. Ia mengamati strategi utama Allah adalah membawa umat-Nya
bersama-sama dalam doa, agar mereka bersatu mencari Dia. Kapan saja
Allah siap melakukan hal baru dengan umat-Nya, Ia selalu mendorong
mereka berdoa. Bryant juga menemukan suatu pola dalam gerakan-gerakan
perluasan Injil selama lebih dari 300 tahun:
- Dimulainya persekutuan-persekutuan doa.
- Munculnya pembaruan visi tentang Kristus dan gereja-Nya.
- Jemaat dipulihkan dalam kesatuan dan tekadnya untuk menaati ketuhanan Kristus.
- Terjadinya pembaruan dalam pelayanan-pelayanan yang ada, sehingga terjadi pencapaian terhadap orang-orang yang belum terjangkau.
- Hal ini menuntun pada perluasan Injil di antara mereka yang belum tersentuh.
Doa Syafaat Memungkinkan Anak-Anak Allah Memiliki Pusaka Mereka -- Suku-Suku Bangsa di Bumi
Mazmur 2:8 menjelaskan kepada kita perlunya berdoa
bagi terbukanya pintu untuk menjadikan bangsa-bangsa milik Allah, atau
khususnya suku-suku yang belum terjangkau menjadi milik pusaka kita.
Satu-satunya hal yang dapat kita bawa ke dalam kekekalan sebagai warisan
kita adalah orang lain. Sukacita dan mahkota kita sama seperti yang
dialami Paulus, berupa orang-orang lain yang datang kepada Kristus
melalui pelayanan kita.
Dalam sejarah misi, penuaian di dalam jemaat Kristus
dihubungkan dengan doa yang kuat dan gigih. John Hyde, yang melayani di
India Utara dikenal sebagai "rasul doa", karena Allah menambahkan
pekerja nasional sebagai jawaban atas doa-doanya. Ia membuat sebuah
kesepakatan dengan Allah, untuk berdoa setiap hari bagi satu orang agar
menerima Kristus. Di tahun pertama, sekitar 400 orang menerima Kristus.
Tahun berikutnya, dia memutuskan untuk memercayai Allah agar dua orang
sehari percaya kepada Kristus. Hasilnya 800 orang datang kepada Kristus
pada tahun tersebut.
Seorang utusan Injil wanita yang dipengaruhi oleh
kehidupan doa Hyde, memutuskan untuk membaktikan jam-jam terbaik dari
waktunya untuk doa, dengan menjadikan doa sebagai hal primer bukan
sekunder seperti sebelumnya. Allah berkata kepadanya, "Berserulah
kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahu kepadamu
hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami. Engkau belum berseru
kepada-Ku, karena itu engkau tidak melihat hal-hal yang besar dalam
hidupmu." Sewaktu ia mulai memprioritaskan doa dalam pelayanannya,
perubahan luar biasa terjadi -- 15 orang dibaptis dan 125 orang dewasa
datang pada Kristus, dan Tuhan menambahkan jumlah mereka yang belum
percaya untuk menerima-Nya.
Di India, doa menjadi kunci penuaian di antara
orang-orang yang belum terjangkau. Para utusan Injil yang melayani di
antara suku Telugu, menjadi kecewa sampai hampir meninggalkan pelayanan
mereka karena kurangnya tanggapan. Akan tetapi pada malam terakhir di
tahun 1853, seluruh pasangan utusan Injil dan tiga orang India yang
membantu pelayanan mereka, berdoa semalam suntuk bagi suku Telugu di
sebuah bukit yang memandang ke bawah kota Ongole. Dalam waktu enam
minggu, 8000 orang suku Telugu menyerahkan hidup mereka kepada Kristus.
Dalam sehari, lebih dari 2200 orang dibaptis dan jemaat itu menjadi yang
terbesar di dunia! Pada tahun 1902, dua orang utusan Injil wanita
dengan Khassia Hills Mission, digerakkan untuk berdoa dan orang-orang
Kristen Khassia juga mulai berdoa bagi sesama mereka yang belum
bertobat. Dalam beberapa bulan, lebih dari 8000 orang bertobat.
Wesley Duewel dari OMS Internasional, yang dikenal
sebagai seorang guru doa mengatakan, 25 tahun pertama dari pelayanan
misi mereka di India sangatlah lambat. Hanya ada satu sidang jemaat
setiap tahun yang didirikan. Akhirnya, mereka memutuskan untuk merekrut
1000 orang di negeri yang mengutus mereka, untuk berdoa selama 15 menit
setiap hari bagi pelayanan mereka. Beberapa tahun kemudian, Tuhan
menjawab doa mereka. Dari 25 sidang jemaat dengan 2000 orang percaya,
menjadi 550 sidang jemaat dengan 73.000 orang percaya. Salah seorang
bangsa India, rekan sekerja Duewel berkata, "Kita semua telah melihat
hasil yang melampaui setiap hal yang dapat kita bayangkan!" Jonathan
Goforth, dalam tulisannya tentang kebangunan rohani Korea pada tahun
1907 mengatakan, "Kebangunan rohani terjadi berkat ketekunan dalam doa
yang penuh keyakinan, yang menyebabkan 50.000 orang Korea menerima
Kristus." Seorang utusan Injil berkata "Tuhan dapat melakukan banyak hal
dengan doa yang sedikit, apalagi jika kita berdoa sebagaimana
mestinya."