Pada masa menjelang akhir Perjanjian Lama,
dan memasuki zaman Kristus, bangsa Yahudi membiarkan penyembahan
mereka berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sangat formal.
Inilah masa-masa kemurtadan dan ketidakpercayaan, sehingga penyanyi
dan alat-alat musik tidak digunakan sebagai sarana penyembahan. Hanya
firman yang dilagukan oleh pendeta dan lagu-lagu yang didendangkan
oleh pemimpin biduan (penyanyi profesional) saja yang terdengar di
dalam gereja.
Karena para penyembah berhala menggunakan
alat-alat musik untuk penyembahan, maka mereka dilarang oleh kaum
Farisi. Hal ini terjadi setelah penghancuran Bait Allah pada tahun 70
SM. Secara simbolis, Paulus juga berbicara tentang musik -- "... suara
gong dan gemerincingnya canang." Selama berabad-abad, banyak terjadi
kontroversi di dalam gereja tentang penggunaan alat musik dan
penyanyi di dalam kebaktian penyembahan.
Banyak petunjuk penting tentang musik di
dalam Kitab Perjanjian Baru. Kita juga perlu mempertimbangkan beberapa
hal bila kita ingin mempelajari musik dari Alkitab:
Kita harus selalu menganggap Alkitab sebagai satu buku yang utuh.
Kitab Perjanjian Baru adalah penggenapan dari Kitab Perjanjian Lama.
Paulus mengatakan kepada Timotius, "Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."
(2Timotius 3:16) Saat Paulus menulis kepada Timotius, Perjanjian Baru
belum ditulis -- Paulus berbicara tentang Perjanjian Lama.
Sejauh pembicaraan berkisar tentang
penyembahan dan musik, dasar untuk pelajaran dan contoh ditulis cukup
memadai dalam Perjanjian Lama -- dan di dalam Perjanjian Baru akan
ditambahkan beberapa aspek.
Jelas sekali
bahwa Daud menerima wahyu Ilahi tentang musik yang kita pakai dalam
kehidupan sehari-hari dan di dalam hubungan kita dengan Allah. Kitab
Perjanjian Baru menunjukkan tentang apa saja yang telah diwahyukan
kepada Daud dan meneruskannya.
Sorakan,
nyanyian, tarian, tepuk tangan, angkat tangan, nyanyian nubuatan tidak
berhenti dengan kelahiran Kristus. Ungkapan perasaan seperti itu
bukan untuk orang-orang tertentu yang mempunyai 'dispensasi',
melainkan untuk siapa saja. Kita bisa meneruskan hal ini dan apa saja
yang telah Tuhan wahyukan di dalam Perjanjian Baru.
Kisah Para Rasul 15:16: "Kemudian Aku akan kembali dan membangunkan
kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun
kembali dan akan Kuteguhkan."
Kisah Para
Rasul 24:14: "Tetapi aku (Paulus) mengakui kepadamu, bahwa aku
berbakti kepada Allah nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuhan,
yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu
yang ada tertulis dalam hukum Taurat dan dalam kitab nabi-nabi."
Seperti yang telah kita lihat, cara-cara penyembahan di dalam hukum
Taurat dan kitab para nabi terpusat pada tabernakel Daud. Itulah
pusat pewahyuan dari pujian dan penyembahan dalam Alkitab. Paulus
kemudian menyatakan bahwa dia menyembah Tuhan dengan menggunakan
prinsip-prinsip Daud. Oleh karena Roh Kudus memberi inspirasi kepada
Perjanjian Baru, pengertian dasar tentang kebebasan untuk menyanyi,
bermain musik, menari, bersujud di hadapan Allah, mengangkat tangan,
bertepuk tangan, dan sebagainya hanya ditekankan seperti yang mereka
terapkan pada pemikiran khusus dari para penulis Kitab Perjanjian
Baru.
Jika kita bisa mempelajari tabernakel
Musa dan menerapkan semua cara yang ada di sana dalam kehidupan orang
percaya, (suatu pengajaran tentang tabernakel Musa mengungkapkan kuasa
kebenaran bagi gereja dewasa ini, maka kita pun bisa melihat bahwa
musik dan penyembahan diungkapkan secara indah sekali dalam tabernakel
Daud.
Matius 26:30; Markus 14:26
Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
Sungguh luar biasa jika kita berpikir bahwa sebelum Yesus pergi
menggunakan waktu-waktu terbaik-Nya untuk pelayanan, Dia memperkuat
diri-Nya sendiri dengan nyanyian. Mungkin Dia menyanyikan Mazmur. Yang
pasti, Dia menyanyikan Mazmur 113-118 setelah perjamuan Paskah.
Di dalam bahasa Yunani kata "humneo" (dari kata humnos) berarti nyanyian pujaan yang ditujukan untuk Allah.
Musik juga digunakan untuk perayaan, perjamuan, perkabungan, dan
pesta-pesta (Matius 9:23; Matius 6:2; Lukas 15:25; 1Korintus 13:1).
Lukas 15:25
Ada
musik dan tarian saat anak yang hilang kembali. Inilah gambaran dari
gereja yang menaikkan pujian, tarian, dan kesukacitaan pada jiwa-jiwa
yang kembali kepada Kristus. Kita tidak bisa hanya mengambil bagian
pertama saja dari cerita itu dan menerapkannya dalam kehidupan kita
saat ini -- kita harus menerima bahwa Allah menyucikan juga nyanyian
dan tarian.
Kisah Para Rasul 16:25
"Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan
menyanyikan puji-pujian kepada Allah ..." Hasilnya sungguh luar biasa.
Allah bertakhta di atas puji-pujian yang menyebabkan gempa bumi besar
menggoncangkan penjara.
Mereka dibebaskan, dan kepala penjara bersama
seluruh keluarganya menerima Kristus. Inilah kisah besar tentang
kekuasaan Allah di tengah-tengah puji-pujian gereja. Bila orang-orang
melihat dan mendengar lagu-lagu pujian yang dinamis pada zaman
sekarang, mereka akan datang kepada kita dan berkata, "Apa yang harus
kukerjakan agar aku bisa diselamatkan?" (lihat juga Mazmur 40:4)
1 Korintus 14:15,26
"Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku."
Banyak gereja yang menyebut hal tersebut
'memuji di dalam Roh'. Pandangan tersebut tidak alkitabiah, dan
merupakan konotasi yang salah. Paulus berbicara tentang pujian dengan
bahasa yang tidak kita mengerti, misalnya bahasa lidah -- atau bahasa
yang kita kenal, misalnya bahasa Indonesia. Kita tidak bisa mengatakan
seseorang 'di dalam roh' hanya agar kita bisa memberinya sebuah nama.
Kita berada 'di dalam roh' bila kita
berjalan menurut prinsip- prinsip rohani. Setiap lagu yang kita
nyanyikan dapat kita katakan 'di dalam roh', jika kita menyanyikan
mazmur, himne, atau lagu-lagu rohani baik di tempat kerja maupun di
gereja. Lagu 'di dalam roh' bukan karena bentuk nyanyian itu,
melainkan karena kita berjalan di dalam roh.
Seluruh surat Kolose pasal 3 menjelaskan tentang prinsip-prinsip 'gaya hidup rohani':
- Bangkit bersama Kristus
- Senang akan perkara-perkara yang di atas
- Hidup tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah
- Jangan saling mendustai
- Mengenakan manusia baru
- Penuh belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran, saling mengampuni
- Damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita
- Bersyukur senantiasa
- Perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kita
Setelah kita melakukan prinsip-prinsip gaya hidup rohani, barulah
kita hidup 'di dalam roh'. Jadi, hidup dalam roh adalah bukan saat
kita menyanyi dengan roh dan akal budi.
Kita perlu bertumbuh semakin dewasa dan
matang menurut prinsip-prinsip di atas sehingga kita dapat berfungsi di
dalam pelayanan kita, dengan pandangan yang baru setiap saat pagi
maupun malam. Penyembahan dan pelayanan kita menjadi aliran yang segar
dalam hubungan kita dengan Allah ataupun sesama. Janganlah nyanyian
kita menjadi nyanyian yang 'super rohani'. Namun, biarlah kita
bertindak dengan penuh iman dan penyembahan.
Kolose 3:16; Efesus 5:19
Orang Kristen mula-mula memakai Mazmur dari Perjanjian Lama untuk
memuji Tuhan (Matius 26:30; Markus 14:26; 1 Korintus 14:26; Roma
15:9).
Kata Mazmur dalam bahasa Yunani disebut
'Psalmos' -- yang berarti memukul atau mengetuk-ngetuk dengan jari
pada sebuah alat. Misalnya: suatu nyanyian kudus yang diiringi dengan
alat musik.
Himne -- merupakan lagu gubahan dari
Perjanjian Baru. Bukan berarti lagu-lagu yang kita miliki sekarang ini
(Paulus tidak mengenal Isaac Watts atau Wesley), melainkan setiap
lagu yang di dalamnya mengandung pesan Kristus dan prinsip-prinsip
Perjanjian Baru.
Kata Yunani, 'Humnos', berarti nyanyian
pujian yang ditujukan kepada Allah. Nyanyian rohani -- suatu nyanyian
spontanitas untuk memuji Allah, atau lagu yang mengungkapkan hati
Allah di tengah-tengah umat-Nya (nubuatan).
Kata Yunani, 'Pneumatikos ode', berarti
suatu ungkapan yang hanya digunakan setelah peristiwa Pentakosta untuk
menyatakan vokal yang berasal dari Roh Kudus.
Mazmur pujian dari Perjanjian Lama yang
masih relevan dengan gereja pada saat ini adalah himne (nyanyian
gubahan yang mengambil pokok pikiran dari kebenaran dalam Perjanjian
Baru -- ini juga diterapkan dalam koor kita) dan nyanyian-nyanyian
rohani (lagu-lagu spontanitas seperti The Song of The Lord).
Kedua jenis lagu yang terdapat di dalam
Perjanjian Baru tersebut harus ditambahkan pada pelayanan musik yang
telah ada dalam Alkitab.
Ibrani 2:12
Kristus
menyanyikan pujian kepada Allah di tengah jemaat gereja-Nya. (Di
dalam Amplified Version diterjemahkan di tengah jemaat yang
menyembah-Nya, Mazmur 22:22)
Yakobus 5:13
Kita dianjurkan untuk menyanyi dengan iringan musik jika kita sedang bersukacita (Amsal 17:22).
Wahyu 5: 8-10
Suatu nyanyian baru sedang dinyanyikan di surga (dengan alat musik).
Dalam tabernakel Daud, ada dua puluh empat orang penyanyi dan pemain
musik, dan dua puluh empat tua-tua yang terlibat dalam penyembahan di
depan tahta.
Wahyu 4:1-5
Lagu baru disebutkan lagi. Mungkin gereja harus 'mengetuk' pintu
surga dan mengalirkan lagu baru ke gerejanya. Mungkin ada dimensi lain
dalam musik yang perlu kita dapatkan. Mungkin itu berupa melodi,
harmoni, atau irama yang belum kita dengar sebelumnya. Paulus
berbicara tentang 'suara tertentu' (1 Korintus 14:7), dan mungkin saja
struktur musik dari suara ini dan bahkan musik dari surga sama
seperti yang kita kenal saat ini. Namun, mungkin ada pengurapan yang
hanya dapat diterima oleh orang-orang yang sudah dikuduskan dan
disatukan. Sungguh menyenangkan membayangkan bahwa segala sesuatu
mungkin di dalam pengurapan Allah.
Wahyu 5:2-3
Nyanyian kemenangan
Nyanyian kemenangan
Wahyu 18:22
Kutukan
terakhir bagi Babilon adalah kenyataan bahwa tidak ada lagi musik
yang terdengar luar biasa di dalam kota kutukan. Musik merupakan
bagian terpenting dari hati Allah, dan bila ada orang- orang atau
tempat yang gelap dan penuh kesedihan, dan di mana Allah tidak pernah
hadir atau tinggal, maka di situ tidak ada musik yang terdengar.
Di dalam Perjanjian Baru banyak juga petunjuk tentang paduan suara para malaikat beserta para pemain musiknya:
- Bunyi sangkakala pada akhir zaman (Matius 24:31; 1 Korintus 15:52; 1 Tesalonika 1:8; 1 Tesalonika 4:16)
- Memberi tanda Hari Tuhan dan penghakiman (Wahyu 8:2,6,8-13; 9:1; 10:7; 11:15; 13:14)
- Nyanyian pujian dan penyembahan nyanyian nyanyian baru (Wahyu 5:8; 14:2; 19:1-8).
- Suara Allah seperti bunyi sangkakala (Wahyu 1:10)