Strategi-Strategi Misi yang Berhasil Berasal dari Penelitian yang Direndam dalam Doa
Dalam Bilangan 13, Yosua merupakan salah seorang
"peneliti" pertama yang mengintai negeri perjanjian. Karena ia
mengetahui fakta-fakta tentang negeri itu dan orang-orangnya, maka ia
menyusun siasat ulung selama penaklukan. Yosua senantiasa melibatkan
Allah dalam menyusun strategi-strateginya. Ia tidak bersandar pada
pengertiannya sendiri, tapi mengandalkan Allah yang disampaikan lewat
doa. Prinsipnya masih sama, menggabungkan hasil-hasil penelitian dengan
kelompok yang sedang kita jangkau dengan doa yang gigih secara terus
menerus, merupakan suatu gabungan yang akan membawa kemenangan dalam
proses pengembangan strategi misi yang berhasil guna.
Doa: Cara di Luar Kekuatan Manusia, yang dapat
Melipatgandakan dan Mengutus Para Pekerja ke Pelayanan Suku-Suku yang
Belum Terjangkau
"Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Matius 9:37-38) Yesus
tidak menganjurkan para murid-Nya, agar
semuanya pergi keluar lalu
mengumpulkan sebanyak mungkin pekerja Kristen, atau meningkatkan dana
jutaan dolar bagi misi. Sebaliknya, Ia berkata bahwa berdoa kepada Dia
yang empunya tuaian -- itu merupakan prioritas. Sebab Dialah yang dapat
memanggil, melengkapi, dan mengutus pekerja yang paling mampu untuk
menuai tuaian tersebut. Allah sedang menanti-nantikan doa umat-Nya,
untuk membalikkan para penganut fanatik di sekeliling kita seperti yang
dilakukannya terhadap rasul Paulus, agar mereka menjadi utusan-utusan
Injil bagi kelompok mereka. Ketika jaringan-jaringan doa dibentuk dengan
memusatkan perhatian pada suku-suku, kota-kota, dan negara-negara
tertentu, kita akan melihat Allah membangkitkan laskar-laskar pekerja
yang baru untuk menuai di dunia.
Doa Membuka Pintu-Pintu Tertutup Bagi Kehadiran Orang Kristen
Rasul Paulus mendesak orang-orang Kristen dari
generasinya untuk "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu
berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Berdoa jugalah untuk kami,
supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat
berbicara tentang rahasia Kristus." (Kolose 4:2-4) Don McCurry dari
Ministries to Muslims International memberi ilustrasi menarik dalam
hubungan ini. Enam tahun yang lalu, ia mengunjungi Guinea di Afrika
Barat. Sekou Toure, seorang pemimpin Marxis, baru saja mengusir semua
utusan Injil kecuali dua orang yang tertinggal dan sibuk menyiksa para
tahanan politik. Dua utusan Injil yang tertinggal, McCurry, dan 12
pendeta nasional bertemu untuk berdoa syafaat bagi negara itu.
Pertama-tama, mereka berdoa agar Allah menyingkirkan
tirani Marxis yang telah menutup pintu bagi usaha-usaha misi, dan bagi
suku-suku yang belum terjangkau oleh Injil. Kemudian mereka menaruh peta
di seputar ruangan pertemuan, lalu bersama-sama meletakkan tangan pada
daerah-daerah dan kelompok-kelompok dari negara yang belum memiliki
orang Kristen. Mereka berdoa dan bersama-sama sepakat bagi suatu
terobosan dan pendirian pelayanan Kristen di tempat-tempat tersebut.
Dalam setahun, Sekou Toure tersingkir, digantikan oleh seorang pemimpin
yang ramah, yang membuka pintu bagi misi. Saat ini, setiap orang dari
kelompok-kelompok suku yang mereka doakan telah terlayani.
Sewaktu Jonathan Goforth berencana melancarkan suatu
usaha baru di Provinsi Hunan Utara di Tiongkok, Hudson Taylor menuliskan
kata-kata ini kepadanya, "Saudara, jika Anda harus memenangkan provinsi
tersebut, Anda harus maju terus dengan menggunakan lutut Anda."
Nasihatnya kini masih tetap berlaku. Tahun lalu, Allah membuka
benteng-benteng anti Kristen di Rumania dan Albania. Dapatkah kita
mengharapkan-Nya untuk melakukan hal yang sama dengan Mauritania,
Maroko, Libya, Turki, atau Arab Saudi, jika umat Allah akan memusatkan
doa-doa mereka pada tempat-tempat yang sulit ini?
Peperangan Rohani Menghancurkan Kendali dari Kuasa-Kuasa Kegelapan atas Kelompok-Kelompok Bangsa, Kota, dan Negara
Ada mata rantai yang perlu dihancurkan, jika
pencapaian terhadap suku-suku yang belum terjangkau makin maju.
Rantai-rantai dari kegelapan rohani dan perbudakan sering membelenggu
suku-suku, kota-kota, dan negara-negara yang belum terjangkau, dengan
penghulu-penghulu dan kuasa-kuasa yang berusaha mengendalikan
peristiwa-peristiwa umat manusia. Pada masa kini, dunia misi sedang
mengalami suatu penemuan kembali, sehingga pokok persoalan dalam
mencapai suku-suku yang belum terjangkau merupakan salah satu kuasa
rohani. Sama seperti pada saat Allah menghadapi dewa-dewa Mesir atau
Baal di Gunung Karmel, demikian juga kini pokok persoalan itu masih
merupakan salah satu pertarungan kuasa antara Allah yang sejati dengan
dewa-dewa palsu, makhluk-makhluk rohani yang memegang kekuasaan atas
segmen-segmen manusia.
Peter Wagner dalam sebuah simposium tentang
"penginjilan dengan kuasa" di Fuller Seminary menegaskan, "Setan
mendelegasikan anggota-anggota yang berpangkat tinggi dari hierarki
roh-roh jahat untuk mengendalikan wilayah-wilayah, bangsa-bangsa,
kota-kota, kelompok-kelompok bangsa, lingkungan tetangga, dan
jaringan-jaringan sosial lainnya di seluruh dunia. Penugasan mereka yang
utama adalah untuk mencegah Allah dipermuliakan dalam wilayah mereka,
yang mereka lakukan melalui mengarahkan kegiatan dari roh-roh jahat yang
berpangkat rendah."
Efesus 6 menunjukkan bahwa semua orang Kristen
terlibat dalam pertempuran yang tidak kelihatan dengan kuasa-kuasa
kegelapan. Apalagi bagi kita yang terlibat dalam pencapaian suku-suku
yang belum terjangkau sebagai utusan Injil, pendoa syafaat, atau ahli
siasat. Paulus mengatakan perjuangan kita harus dilaksanakan melalui doa
dalam Roh. Selain dari pedang Roh -- firman Allah, doa merupakan
satu-satunya senjata penyerang yang tersedia bagi kita dalam peperangan
kosmik. Jelaslah, jika kita bermaksud melihat terobosan-terobosan misi
di kelompok-kelompok bangsa, kota, dan negara, kita perlu belajar
bagaimana menggunakan senjata penyerang untuk mencabut kuasa-kuasa
kegelapan. Sementara membahas penerimaan atau perlawanan dari
kelompok-kelompok bangsa akan Kristus, Wagner menjelaskan pengertian
tersirat ini, "Jika hipotesis yang berkenaan dengan roh-roh teritorial
ini benar, dan jika kita dapat belajar bagaimana menghancurkan kendali
mereka lewat kuasa Allah, sebenarnya posisi-posisi sumbu
penerimaan-perlawanan dapat berubah dalam semalam" -- orang berubah,
dari sikap melawan menjadi terbuka dan mudah menerima Kristus dalam
waktu singkat.
Francis Frangipane, yang menulis tentang
benteng-benteng yang dipertahankan kuasa-kuasa kegelapan di
kelompok-kelompok bangsa, berbicara hal yang senada, "Ada
benteng-benteng yang dipengaruhi setan yang memengaruhi sidang-sidang
jemaat dan pribadi-pribadi di negara-negara dan komunitas-komunitas...
Benteng-benteng ini berada di dalam pola-pola dan gagasan-gagasan
pemikiran yang berpengaruh atas pribadi-pribadi, dan juga
komunitas-komunitas serta bangsa-bangsa. Sebelum dapat menagih
kemenangan, benteng-benteng ini harus dirobohkan, senjata yang dimiliki
setan harus disingkirkan. Lalu senjata-senjata yang dahsyat dari firman
dan Roh, dapat secara berhasil guna menjarah rumah yang dimiliki iblis."
Telaah-telaah tentang sistem kepercayaan kafir
menyokong kenyataan dari lukisan makhluk-makhluk rohani yang digambarkan
dalam Efesus 6, kitab Daniel, dan di tempat-tempat lain. Orang-orang
Myanmar percaya pada makhluk-makhluk adikodrati yang disebut "Nets" yang
disusun secara hierarkis dengan kendali atas fenomena alam, desa-desa,
wilayah-wilayah, dan bangsa-bangsa. Hubungan makhluk-makhluk ini
dipertahankan lewat tukang-tukang sihir atau media-media,
sedikit-dikitnya salah satu ditemukan pada setiap desa. Di Muang Thai
ada roh desa maupun roh wilayah -- roh desa merupakan bawahan dari roh
wilayah. Tiang-tiang sering didirikan di desa-desa sebagai tempat
tinggal bagi roh-roh pengawal mereka. Seorang utusan Injil CMA
memberitahu saya tentang penindasan yang meningkat, dan kurangnya
tanggapan rohani yang dihadapi oleh dia dan rekan sekerjanya dalam
sebuah desa segera sesudah tiang ini didirikan. Seorang utusan Injil OMF
berpendapat ia telah mengidentifikasikan penghulu utama nasional atas
seluruh Muang Thai.
Di India telah ditemukan suatu kosmologi serupa, yang
melibatkan roh-roh pengawal pada desa-desa dan tempat-tempat lainnya
pada wilayah-wilayah. Mereka sering dihubungkan dengan penyakit,
kematian, dan bencana yang tiba-tiba. Kali, dewi perusak, adalah dewa
wilayah yang khusus dikenal di antara orang-orang Bengali dari Bengal
Barat di Kalkuta. Setiap orang yang pernah di Kalkuta dapat melihat
dampak yang menghancurkan kota itu dan rakyatnya yang diakibatkan oleh
penyembahan kepada dewi tersebut. Para pekerja Kristen yang ada di sana,
mengeluh atas penindasan yang berat dan perpecahan dalam jemaat. Cukup
aneh, karena mereka masih belum pernah berkumpul bersama-sama berdoa
bagi kota itu, dan mengambil tindakan ofensif terhadap kuasa-kuasa
kegelapan. Sebuah buku tentang negara Zimbabwe di Afrika menyingkapkan
bahwa setiap wilayah, kota, desa dianggap berada di bawah kendali
roh-roh teritorial. Seorang pemimpin Sidang Jemaat Allah di Nigeria,
yang dahulunya berpraktik okultisme tingkat tinggi sebelum bertobat,
mengatakan, bahwa iblis menugaskannya mengendalikan 12 roh, setiap roh
mengendalikan 600 setan. Ia menyaksikan, "Saya berhubungan dengan semua
roh yang mengendalikan setiap kota di Nigeria, dan saya memiliki sebuah
tempat keramat di semua kota besar."
Baru-baru ini dalam sebuah pertemuan dengan seorang
penginjil Jepang dan beberapa utusan Injil untuk Jepang, saya terkejut
menemukan betapa banyak orang Jepang yang masih terikat dengan
okultisme. Kita dapat dibodohkan dengan teknologi tinggi, pandangan
modern dari Jepang, lalu tidak menyadari bahwa banyak orang-orang Jepang
masih menghadiri tempat-tempat keramat Shinto, sehingga setiap anak
sekolah membawa sebuah jimat, atau imam-imam Shinto dipanggil untuk
meresmikan setiap bangunan baru. Suatu fenomena berbahaya yang sedang
kita hadapi di Barat, sebagai "yang menyalurkan" penyokong sekte Zaman
Baru untuk berkomunikasi dengan makhluk-makhluk roh, dengan demikian
mendirikan kembali hubungan-hubungan dengan kuasa-kuasa kegelapan yang
pada mulanya dihancurkan oleh penginjilan dan pengkristenan dari
masyarakat Barat.
Masalahnya ialah kebanyakan dari kita tidak menyadari
bahwa kita berada dalam suatu perang sungguh-sungguh, sehingga merasa
tidak membutuhkan doa sebagai senjata strategis. John Piper, seorang
pendeta di Minneapolis, menyatakannya demikian, "Masalahnya ialah bahwa
kebanyakan dari kita sebenarnya tidak menyadari bahwa hidup adalah
perang, dan bahwa musuh kita yang tidak kelihatan justru mengagumkan.
Bagaimana Anda mengusahakan mereka untuk berdoa? Mereka akan berkata
mereka memercayai kebenaran-kebenaran ini, tapi amatilah kehidupan
mereka. Pada masa damai, mereka santai-santai saja dalam gereja tentang
hal-hal rohani. Tidak ada bom yang berjatuhan, tidak ada peluru yang
mendesing di atas kepala, tidak ada ranjau yang perlu dihindari, tidak
ada raungan di cakrawala semuanya lancar di Amerika, Disneyland dari
alam semesta. Jadi mengapa berdoa?"
Dalam Markus 3:27, Yesus mengatakan sesuatu yang
relevan bagi kegiatan pencapaian suku-suku yang belum terjangkau,
"Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk
merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu.
Sesudah itu, barulah ia dapat merampok rumah itu." Hal itu menunjuk pada
alasan bahwa kita sebagai utusan-utusan Injil, tidak dapat berhasil
dalam memasuki dan merebut apa yang telah menjadi milik iblis selama
berabad-abad -- bagian-bagian dari umat manusia di bawah penguasaannya
-- tanpa mengikat roh-roh teritorial yang memiliki kendali yang
didelegasikan di sana. Berdoa dalam Roh yang diinformasikan dengan
fakta-fakta yang disingkapkan lewat penelitian, merupakan suatu kekuatan
yang kuat dalam mengikat orang-orang kuat yang mengendalikan kota-kota,
kelompok-kelompok bangsa, dan negeri-negeri. Buku karangan John Dawson
mempertunjukkan bagaimana penelitian dapat menyingkapkan hubungan yang
dimiliki sebuah komunitas dengan kuasa-kuasa kegelapan, dan doa yang
dipersatukan dalam Roh dapat memutuskan hubungan itu.
Dalam Matius 18:18-19, Yesus memberikan sebuah
jaminan yang menakjubkan bagi mereka yang berdoa dengan cara ini: "Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan
terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas
di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di
dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan
dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga." Peperangan rohani yang berhasil
guna, terjadi ketika kita berdoa dalam persatuan dengan orang-orang
lain. Ajaran ini memperlihatkan kepentingan dari kelompok-kelompok doa,
di mana orang-orang memanjatkan doa-doa yang telah disepakati untuk
kelompok-kelompok bangsa, kota, dan negeri tertentu secara mendalam.
Kata "mengikat" dalam bahasa Yunani untuk ayat-ayat
ini berarti "merantai atau memenjarakan". Doa-doa dari umat Allah yang
digabungkan bersama-sama, akan merantai dan membatasi kegiatan dari
makhluk-makhluk roh yang memusuhi kemuliaan Allah dan perluasan
kerajaan-Nya di bumi. Seperti yang dikemukakan rasul Paulus, "senjata
kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang
diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan
benteng-benteng." (2 Korintus 10:3-4)
Pengalaman dari Omar Cabrera, seorang
pendeta-penginjil di Argentina, menggarisbawahi persenjataan yang
mengagumkan yaitu doa dalam Roh dapat menggoyahkan kuasa kegelapan.
Sejak beberapa tahun lalu, ia membiasakan untuk berdoa dan berpuasa
selama beberapa hari, sebelum membuka suatu kampanye penginjilan di
sebuah kota yang hendak dijangkaunya. Sering selama kurun waktu doa dan
puasa tersebut, makhluk-makhluk roh akan datang melawannya, bahkan
tampak dalam bentuk-bentuk yang aneh, untuk menggugat kehadiran dan
rencananya menginjili kota itu. Mereka sering berkata, "Anda tidak
berhak berada di sini. Ini adalah wilayahku." Cabrera menjawab,
"Sebaliknya, Anda sama sekali tidak berhak berada di sini. Saya
mengikatmu dalam otoritas dari Yesus Kristus, yang memiliki segala kuasa
di surga dan di bumi." Segera roh itu mengungsi dari tempat kejadian,
dan penguasa yang lebih tinggi sering akan muncul untuk melawan Cabrera.
Dengan cara yang sama, lewat perjuangan dalam doa, Cabrera memutuskan
pegangan dari makhluk tersebut yang sering ternyata merupakan roh dari
sebuah guna-guna. Ketika orang kuat yang paling hebat diikat, suasana
dari seluruh kota berubah -- sering dari satu perlawanan terhadap Injil,
menjadi satu penerimaan luar biasa -- dengan ratusan dan ribuan orang
yang datang pada Kristus, yang disertai dengan tanda-tanda dan
mukjizat-mukjizat serta kesembuhan secara luar biasa. Dengan menggunakan
pendekatan ini, Cabrera telah beralih dari pelayanan pada sebuah jemaat
yang anggotanya kurang dari 20, menjadi seorang pendeta dari sebuah
gereja terbesar ketiga di dunia beranggota lebih dari 140.000 orang.
Sekalipun pengalaman Cabrera nampaknya aneh bagi
sebagian besar di antara kita, kita sebaiknya berusaha menerapkan apa
yang telah dia dan banyak pekerja Kristen lainnya alami tentang doa,
sebagai senjata dalam tugas pelayanan misi. Sewaktu saya melakukan
perjalanan keliling menuntun konsultasi-konsultasi dan seminar-seminar
tentang strategi misi bagi para pekerja Kristen nasional, pokok
persoalan tentang peperangan rohani terus bermunculan. Keyakinan saya
yang semakin bertumbuh ialah bahwa dalam banyak konteks perlawanan, kita
dapat membuat siasat dan menginjili sampai kita babak belur dengan
tiada hasil apa-apa, sampai kita mengenali dan mengikat orang kuat pada
kelompok yang sedang dijangkau. Sebelum hal ini terjadi, kita tidak
mungkin melihat banyak tanggapan. Mungkin orang-orang yang telah kita
anggap "tertutup", sesungguhnya mereka tidaklah benar-benar tertutup,
tetapi mereka sedang dalam cengkeraman roh yang menolak Kristus?
Arthur Matthews menulis tentang bebannya berdoa
syafaat bagi dua daerah khusus di Asia Tenggara di mana para utusan
Injil tidak mampu melakukan suatu kemajuan, "Dengan menegaskan posisi
saya bersama Kristus di tempat-tempat yang sorgawi berdasarkan firman
Allah, saya mengambil seluruh senjata Allah bagi saya, agar dapat
bertahan melawan semua daya iblis dan menahan perlawanannya terhadap
Injil." Loren Cunningham, Direktur Jendral dari Youth With A Mission
(YWAM), memaparkan pengalamannya dalam berdoa dan berpuasa selama tiga
hari bersama 12 rekan sekerja pada tahun 1973, sewaktu mereka berdoa,
Tuhan menyatakan seharusnya mereka berdoa bagi tumbangnya "pangeran
Yunani". Hari yang sama di Selandia Baru dan Eropa, kelompok-kelompok
YWAM menerima perkataan yang mirip dari Allah. Tiga kelompok menaati dan
melawan penghulu ini. Dalam 24 jam, sebuah kelompok politik mengubah
pemerintahan Yunani, dengan membawa kebebasan yang lebih luas bagi
kegiatan misi di negara itu.
Saya yakin jika tidak ada jaringan-jaringan doa
muncul, yang memusatkan perhatian pada penginjilan dunia terhadap
suku-suku, kota-kota, dan negara-negara yang belum terjangkau dengan
Injil, maka semua usaha penginjilan hanya merupakan angan-angan.
Pertempuran haruslah dimenangkan dalam alam rohani, jika para pekerja
Kristen ingin menuai tuaian.